SYAUQI EMPAT BELAS HARI
“Jadi
nanti kalian belajar dirumah terlebih dahulu, karena himbauan pemerintah yang
mengintruksikan untuk kegiatan pembelajaran diliburkan terlebih dahulu, mungkin
untuk libur sekarng masih belum bias ditentukan kapan waktu masuknya, yang
penting sekarang adalah kesehatan kalian, Akang juga pasti akan sangat rindu
degan kalian, tetap jaga kesehatan dan tetaplah diam dirumah, ingat kita harus
taat pada agama dan negara.” Begitulah mungkin pesan Akang Fuad sebelum
memulangkan kami sebagai santri-santrinya.
Bukannya
merasa bahagia bisa pulang kerumah dalam jangka waktu yang sangat lama, entah
kenapa hati ini sangat sulit untuk menerima, biasanya ketika saat akan libur
seluruh santri merayakannya dengan bahagia, pasti selalu saja ketika malam
terakhir sebelum pulang ada yang namanya Muwadda’ah
yang beisi penampilan – penampilan para santri yang berbakat dan juga
pengumuman dari para Asatidz, namun sekarang malam itu hanya berupa pengumuman
dan haru, semua santri akhitnya kembali terpecah ketika Akang Fuad memberi
amanat terakhirnya.
“Ingat
ini adalah Muwadda’ah bukan Mufaraqah, Laisal firaq bil firak lakinal
firak bisyauk.” ujar Akang Fuad.
“Mungkin
kita akan berpisah namun bukan perpisahan selamanya melainkan perpisahan yang
akan mendatangkan kerinduan” jelas Ustadz Kholid yang merupakan salah satu
pengurus di Pondok Pesantren Al-Barokah.
Namaku
Irsyad, aku merupakan Santri Pondok Pesantren Al-Barokah, Pondok Pesantren yang
dipimpin oleh seorang Ulama yang sangat kharismatik, Akang Fuad Abdul Ghaful
adalah pimpinan pesantrennya, memang aku bukanlah santri nomor satu disana tapi
aku selalu menempatkan guruku yang paling utama dari siapapun, karena aku ingat
dalam kitab Ta’lim Muta’lim bahwa untuk mencapai manfaatnya ilmu maka harus
dengan memuliakan juga pemilik ilmunya. Aku sangat sedih bahkan terpukul ketika
para Asatidz dan juga pengurus mengucapkan kata-kata perpisahan yang memang
tidak biasa diucapkan oleh mereka, namun mau tidak mau seluruh santri harus
pulang tanpa terkecuali, memang biasanya ketika libur lebaran aku tidak pulang
kerumah karena aku ingin bersama sama guruku selalu, tapi untuk kali ini aku
terpaksa harus pulang, dengan perasaan yang sangat terpukul aku pulang bersama
para rombongan santri yang lainnya, santri yang lainnya pun mungkin merasakan
perasaan yang sama sepertiku, mereka pulang dengan penuh haru juga bersiap siap
menahan rindu.
Walaupun
kami seluruh santri Pondok Pesantren Al-Barokah dipulangkan, namun kegiatan
pembelajaran di pesantren tidak diliburkan, untuk kegiatan mengaji, kini
berjalan melalui media sosial di grup online kelas whatsapp, memang setiap hari
aku menatap wajah Akang Fuad, namun ada sesuatu yang berbeda dari biasanya,
sekarang aku hanya bisa menatap Akang fuad lewat layar monitor, hanya bisa
mendengar suaranya dari rekaman voice note, untuk sekarang aku tidak bisa
menatapnya langsung, aku tidak bisa mencium tangannya setelah usai
pembelajaran, ini sangatlah hampa bagiku, biasanya ketika libur aku selalu
menyempatkan untuk bersilaturahmi ke guru yang ada didekat rumahku, namun
karena sekarang dunia masih dihantui oleh pandemi COVID-19 aku hanya bisa diam
dirumah dan merindu dengan orang-orang yang aku cintai dan orang-orang yang aku
sayangi, bukannya aku tidak menerima keadaan sekarang, namun aku hanya kecewa
saja, aku sedih karen semua kegiatan diberhentikan, tapi dibalik semua itu
pasti akan ada hikmahnya, terkadang aku berpikir apakah dunia ini memang
benar-benar sudah tua? Sampai-sampai ada kasus atau musibah yang menimpa seuruh
dunia, ini bukan kasus yang main-main, jika memang ini ujian aku menerimanya
dengan sabar, namun jiika ini semua adzab dari Allah SWT, aku bisa apa? Ya
Allah maafkan aku yang selalu mengingat-Mu dikala aku sedang susah, yang hanya
mengingat-Mu dikala aku mendapatkan kebingungan dan terkadang aku melupakan-Mu
ketika aku merasa bahagia, aku melupakan-Mu ketika aku benar-benar mendapatkan
ni’mat yang sangat banyak. Semoga saja dengan adanya musibah ini semua orang
sadar bahwa sekarang bukan lagi saatnya bersaing untuk saling mempertahankan
kedudukan, jabatan, pangkat ataupun ketenaran, namun sekarang saatnya bersaing
meningkatkan keimanan dan juga ketaqwaan.
Empat
belas hari dirumah, memang sangatlah membosankan, setiap hari hanya diam
dirumah, mengaji online dan juga mengerjakan tugas sekolah yang begitu
banyaknya, untuk mengaji sekarang ada salah satu syairan yang diajarkan oleh
Akang Fuad.
Li khomsatun
uthfi bihaa haral wabail hatimah #
almusthofaa walmurtadhoo wabna humaa wa faa
timah
Syairan
ini adalah ijazah dari gurunya Akang Fuad yaitu K.H Hasyim Asy’ari merupakan
sholawat penolak wabah dan penyakit, Alhamdulillah aku bersyukur walaupun tetap
dirumah aku masih bisa menimba ilmu, dan juga mengaji walaupun itu online.
Memang
waktu ini sangatlah singkat, namun jika hanya berdiam diri dirumah rasanya aku
sangat lama sekali, aku sangat rindu dengan teman-teman dan guru-guruku di
Pondok Pesantren, aku sadar jika dalam waktu empat belas hari ini ada hal yang
sangat aku rindukan, ada banyak hal yang harus aku kerjakan, mungkin emopat
belas hari yang dirasakan oleh semua orang berbeda walaupun sama waktunya namun
pasti hasinya berbeda, ada yang dalam waktu itu menghabiskan dengan bermain
gadget, ada yang menghabiskan dengan membaca buku, ada juga yang menghabiskannya
untuk mengikuti kajian online disana sini, namun bagiku empat belas hari ini
aku hanya merindu kepada guruku, Akang Fuad Abdul Ghafur semoga beliau tetap
diistiqomahkan dalam membimbing para santrinya, dan juga semoga beliau
dipanjangkan umurnya dalam keadaan taak kepada-Mu ya Allah, Aamiin.
BIODATA PENULIS
Nama : Fajar
Amali Kurniawan
Asal
Pesantren :
Pondok Pesantren At-Tadzkir
Akun Sosial Media
Gmail :
alfajri1787@gmail.com
Facebook : Fajar Amali
Kurniawan II
Instagram : @fajar.amali
ID
Line :
@njuy08
Twitter :
@amali_fajar
TEMA :
PENGALAMAN
BELAJAR JARAK JAUH DENGAN KIAI DAN USTADZ PESANTREN

Comments
Post a Comment